Penerapan Pembelajaran Coding di dalam Kurikulum Pendidikan.

Dalam satu dekade terakhir, coding sudah menjadi perbincangan untuk menjadi salah satu keterampilan yang perlu diintegrasikan sejak dini. Beberapa negara pun sudah menerapkan konsep coding dan pemrograman ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Di Indonesia sendiri, perdebatan mengenai penting atau tidaknya coding di kurikulum pendidikan, mengingat bahwa masih ada aspek lain yang perlu ditingkatkan seperti literasi dan numerasi. Hasil studi PISA di tahun 2018 diperoleh bahwa rata-rata kemampuan literasi siswa Indonesia adalah 379 dengan rata-rata negara OECD lain adalah 489.

Pemerintah telah mengkonfirmasi terkait adanya pembelajaran terkait coding dan Kecerdasan Buatan yang akan masuk ke dalam kurikulum tahun ajaran 2025/2026 untuk siswa Sekolah Dasar. Di sisi lain, terdapat banyaknya murid yang mulai tertarik dengan perkembangan teknologi berupa coding yang di mana tidak hanya melatih terkait problem solving, tetapi juga bisa menjadi bekal di masa depan. Coding dikatakan sebagai kemampuan teknis yang semakin dibutuhkan dalam berbagai bidang pekerjaan masa depan. Selain itu, coding juga terbukti memberikan banyak manfaat, di antaranya kemampuan pemecahan masalah, kreativitas dan logika. Coding juga mengajarkan siswa terkait kemampuan untuk memahami teknologi secara lebih mendalam. Di dalam dunia yang terus berubah dan berkembang secara pesat, coding membantu siswa untuk memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat mengubah hampir setiap aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Perubahan ini menuntut sistem pendidikan untuk beradaptasi cepat demi mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan abad ke-21 (Judijanto & Aslan, 2025).

Beberapa siswa MB3 seperti Jamen, Andrew, Mario, Kenzo dan Nicholas setuju dengan adanya penerapan pembelajaran coding karena coding dinilai sangat bermanfaat di era digital ini. Terlebih lagi, penerapan pembelajaran coding di kurikulum pendidikan memudahkan para siswa yang berminat dengan coding. Mereka juga menilai bahwa coding itu merupakan hal yang cukup sulit. Coding memerlukan adanya kemampuan untuk berpikir secara kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Oleh karena itu, dengan adanya pembelajaran coding dalam kurikulum pendidikan, dapat dijadikan sebagai panduan dan arahan bagi siswa yang tertarik ke dalam dunia pemrograman.

Jeanette Wing (pakar ilmu komputer) menekankan bahwa coding membantu siswa belajar memecah masalah menjadi bagian kecil, mengenali pola, dan membuat solusi terstruktur. Ahli pendidikan seperti Seymour Papert menyebutkan bahwa belajar coding membuat siswa berpikir logis dan sistematis karena mereka harus merancang langkah-langkah yang jelas untuk menghasilkan output yang benar. Menurut Glass dan Holyoak (1986), seorang individu memiliki masalah ketika ia menginginkan sesuatu yang tidak dapat diperoleh atau tidak tersedia dalam waktu dekat. Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa beragam jenisnya. Oleh karena itu, kemampuan problem solving sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut baik di masa kini maupun masa mendatang. Selain itu, kreativitas juga membantu dalam pembelajaran dan kemampuan teknis dari coding membuat murid menjadi lebih paham mengenai teknologi terbaru.

Bagi para siswa yang tidak terlalu tertarik untuk terjun ke dalam prospek dunia digital juga dapat merasakan manfaat dari program tersebut. Ada beberapa siswa yang jarang atau tidak pernah mencoba untuk coding di luar sekolah. Hal itu berarti coding masih belum cukup memberikan daya tarik bagi beberapa murid tersebut. Hal ini berarti meskipun mereka kurang tertarik dengan dunia coding, apabila di dalam kurikulum pendidikan terdapat hal yang berhubungan coding, mereka setidaknya dapat mempelajari dasar-dasar coding. Apabila diperlukan di dalam dunia kerja ataupun di masa depan, mereka tidak harus memulai mempelajari coding sedari awal.

Penerapan coding dalam kurikulum pendidikan memerlukan adanya kematangan rencana dan tidak dapat dilakukan secara tergesa-gesa. Coding memerlukan adanya infrastruktur yang sesuai dan juga dukungan yang kuat. Apabila tanpa ada persiapan yang matang, penerapan coding dalam kurikulum pendidikan tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana. Tidak hanya itu, teknologi yang mudah untuk berubah dan labil mengharuskan rencana tersebut untuk dapat beradaptasi seiring dengan perkembangan zaman.

Di Indonesia masih banyak daerah yang tidak memiliki akses internet, sehingga menyebabkan adanya ketidaksetaraan dan kesenjangan digital. Kesenjangan digital ini akan terus meningkat apabila penerapan coding di dalam kurikulum pendidikan ini dilaksanakan tanpa adanya persiapan yang matang. Penerapan coding dalam kurikulum pendidikan bukan hanya langkah yang tepat, tetapi juga langkah yang perlu dipikirkan secara matang-matang. Coding melatih keterampilan berpikir, kreativitas dan menyiapkan generasi untuk menghadapi dunia yang serba digital. Meski membutuhkan investasi yang cukup besar, manfaat yang diberikan oleh program ini dapat tetap dirasakan secara jangka panjang untuk generasi mendatang.